Siapa "Raja" Ponsel Pintar Dunia, Apple atau Samsung?


Data lembaga riset Strategy Analytic yang dirilis Kamis (24/1/2013) mencatat ada 700 juta ponsel pintar yang dikirimkan sepanjang 2012. Setengah dari jumlah pengiriman itu dikuasai oleh Samsung dan Apple. Pengiriman ponsel pintar secara global meningkat 490,5 juta unit dibandingkan tahun 2011,dengan pertumbuhan 43 persen. Menurut Strategy Analytic, pasar di Amerika Utara dan Eropa Barat mulai mengalami titik jenuh karena pertumbuhannya melambat.

Nah, dari jumlah itu, Samsung menguasai pangsa pasar dengan mengirimkan 213 juta unit ponsel pintar. Produsen asal Korea Selatan ini menguasai sekitar 30 persen pangsa pasar global. Menurut Strategy Analytic, Samsung sukses dengan berbagai model ponsel, mulai dari Galaxy Y yang murah hingga Galaxy S III dan Galaxy Note 2 yang berharga mahal.

Sementara Apple berada di peringkat dua dengan meraih 19 persen pangsa pasar atau mengirimkan 135,8 juta unit iPhone. Pasar iPhone kuat di Amerika Utara namun agak tertatih di pasar berkembang seperti di Afrika.

"Tingginya biaya pemasaran, saluran distribusi yang luas, dan portofolio produk yang menarik telah menguatkan posisi Samsung dan Apple dalam industri ponsel pintar," kata peneliti Strategy Analityc dalam sebuah publikasi blog resmi perusahaan.

Menurut penelitian Strategy Analytic, Nokia mempertahankan posisinya sebagai produsen ponsel nomor 3 tahun 2012, dengan pengiriman 35 juta unit ponsel. Namun, pangsa pasar Nokia turun dari 16 persen menjadi 5 persen pada 2012.

"Portofolio ponsel Windows Phone dari Nokia meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dengan model terbaru seperti Lumia 920," tulis Strategy Analytic. Lembaga riset ini menyatakan, perusahaan Finlandia masih kekurangan ponsel unggulan sejati yang bisa bersaing dengan iPhone dan Galaxy S III.

Pasar ponsel global secara keseluruhan, termasuk kategori ponsel fitur, pangsa pasarnya tumbuh hanya 2 persen dengan jumlah unit yang dikirmlah sebanyak 1,6 miliar sepanjang 2012. Pertumbuhan yang tidak signifikan ini kemungkinan disebabkan karena perubahan kebijakan yang lebih ketat, perubahan selera konsumen, dan tantangan ekonomi di kawasan Amerika Utara dan Eropa Barat.

0 comments:

Post a Comment